Selasa, 24 November 2015

ANAK CERMINAN ORANG TUA = LIKE FATHER LIKE SON

ANAK CERMINAN ORANG TUA
Setiap anak, adalah cerminan dari orang di sekitarnya. Setiap anak adalah peniru yang ulung, dan mereka belajar untuk menjadi salah satu dari orangtuanya. Mereka menjadikan kita sebagai contoh, sebagai panutan dalam berperilaku. Mereka berkaca pada semua hal yang kita lakukan. Mereka laksana air telaga yang merefleksikan bayangan kita saat kita menatap dalam hamparan perilaku yang mereka perbuat.

Namun sayang, cermin itu meniru pada semua hal. Baik, buruk, terpuji ataupun tercela, di munculkan dengan sangat nyata bagi kita yang berkaca. Cermin itu juga menjadi bayangan apapun yang ada di depannya. Telaga itu adalah juga pancaran sejati terhadap setiap benda di depannya. Kita tentu tak bisa, memecahkan cermin atau mengoyak ketenangan telaga itu, saat melihat gambaran yang buruk. Sebab, hal itu sama artinya dengan menuding pada diri kita sendiri.

Pepatah bijak mengatakan, "berteriaklah kepada anak-anak kita saat kita marah, maka, kita akan membesarkan seorang pemarah. Bermuka ketuslah kepada mereka saat kita marah, maka kita akan membesarkan seorang pembenci, dan biarkanlah mulut dan tangan kita yang bekerja saat kita marah, maka kita akan belajar menciptakan seorang yang penuh dengki..." Peran apakah yang sedang kita ajarkan kepada anak-anak kita saat ini? Contoh apakah yang sedang kita berikan kali ini? Dan panutan apakah yang sedang kita tampilkan?

Mereka akan selalu belajar dari kita, dari orang yang terdekatnya, dari orang yang mencintainya. Merekalah lingkaran terdekat kita, tempat mereka belajar, menerima kasih sayang, dan juga tempat mereka meniru dalam berperilaku. Saya berharap, bisa menjadi orang yang sabar saat melihat seorang anak menumpahkan air di gelas yang mereka pegang. Kita berharap menjadi orang yang ikhlas, saat melihat mereka memecahkan piring makan mereka sendiri.
Sebab, bukankah mereka baru "belajar" memegang gelas dan piring itu selama 5 tahun, sedangkan kita telah mengenalnya sejak lebih 20 tahun? Tentu mereka akan butuh waktu untuk bisa seperti kita.....

14 Hal dibawah ini adalah bukti nyata keangkuhan dan kesemena-menaan kita terhadap anak.. Ingat.. apa yang kita lakukan pasti akan kembali pada kita sendiri...
1. JIKA anakmu BERBOHONG, itu karena engkau MENGHUKUMNYA terlalu BERAT.
2. Jika anakmu TIDAK PERCAYA DIRI, itu karena engkau TIDAK MEMBERI dia SEMANGAT
3. Jika anakmu KURANG BERBICARA, itu karena engkau TIDAK MENGAJAKNYA BERBICARA
4. Jika anakmu MENCURI, itu karena engkau TIDAK MENGAJARINYA MEMBERI.
5. Jika anakmu PENGECUT, itu karena engkau selalu MEMBELANYA.
6. Jika anakmu TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN, itu karena engkau BERBICARA TERLALU KERAS KEPADANYA.
7. Jika anakmu MARAH, itu karena engkau KURANG MEMUJINYA.
8. Jika anakmu SUKA BERBICARA PEDAS, itu karena engkau TIDAK BERBAGI DENGANNYA.
9. Jika anakmu MENGKASARI ORANG LAIN, itu karena engkau SUKA MELAKUKAN               KEKERASAN TERHADAPNYA.
10. Jika anakmu LEMAH, itu karena engkau SUKA MENGANCAMNYA.
11. Jika anakmu CEMBURU, itu karena engkau MENELANTARKANNYA.
12. Jika anakmu MENGANGGUMU, itu karena engkau KURANG MENCIUM dan MEMELUKNYA
13. Jika anakmu TIDAK MEMATUHIMU, itu karena engkau MENUNTUT TERLALU BANYAK padanya.
14. Jika anakmu TERTUTUP, itu karena engkau TERLALU SIBUK.

Jika ingin anak kita menjadi anak baik, kita harus menjadi Ayah yang baik terlebih dahulu dan mampu mengendalikan emosi-emosi negatif dalam diri (mudah marah, sakit hati, dendam, dll).
Pengendalian emosi sangatlah penting, emosi yang tak terkendali akan merugikan diri sendiri bahkan dapat berefek merugikan orang lain khususnya dalam keluarga. Harapan kita, menjadi contoh/ teladan yang baik bagi anak-anak.

Mengurus/ mendidik anak bukan hanya tugas wanita/ ibu tapi seorang ayah juga. Sehingga bersama-sama untuk kebaikan bersama untuk masa depan anak-anak karena kesuksesan seorang anak juga merupakan kesuksesan dan dan kebanggaan orang tua.

Tentu porsi waktu dan pembagian tugasnya berbeda atau dapat disepakati sehingga masing-masing nyaman dalam melaksanakan tugasnya. Karena anak-anak, bukan hanya meniru apa yang dikatakan orang tua tapi sikap serta perilaku orang tua akan mereka serap juga.

Pepatah bijak mengatakan “Jangan mengkhawatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan nasehat Anda, khawatirlah bahwa mereka selalu mengamati dan mencontoh Anda.”
“WASPADA PEMBERIAN AIR PUTIH PADA BAYI”
 
Banyak minum air putih, maka tubuh akan sehat dan bugar. Pernyataan itu hanya berlaku untuk orang dewasa tidak untuk bayi. Pemberian air putih pada bayi akan berdampak kurang baik bagi kondisi kesehatannya. Salah satu pengaruh buruk yang ringan terhadap pemberian air putih pada bayi adalah mengurangi asupan ASI atau susu formula sehingga berdampak pada kenaikan berat badan bayi anda. Bahkan, kondisi yang lebih berat mungkin saja terjadi pada bayi yaitu keracunan air atau intoksikasi air yang mengakibatkan bayi menjadi kejang atau koma.

1. WAKTU TEPAT MEMBERIKAN AIR PUTIH PADA BAYI
Anda jangan buru-buru mempunyai kesimpulan, bahwa bayi tidak dapat diberikan air putih. Sebenarnya pemberian air putih dapat diberikan sesuai dengan waktu yang tepat pada bayi, salah satu untuk menentukannya adalah usia bayi yaitu setelah memasuki usia 6 bulan. Salah satu badan kesehatan Amerika Serikat memperingatkan agar orang tua tidak memberikan air putih pada bayi hingga bayi berusia enam bulan, hal ini berdasarkan penelitian yang dikhawatirkan akan menyebabkan bayi keracunan jika diberikan air putih terlalu sering. Bahkan para ahli menekankan hanya diberikan ASI saja pada bayi dibawah usia 6 bulan. Anda tidak perlu khawatir akan rasa haus bayi sebab bayi memiliki refleks pada rasa haus yang dialaminya sehingga pemberian ASI sudah dapat memenuhi kebutuhan bayi dibawah usia 6 bulan. Bahkan pemberian air putih pada bayi dibawah usia 6 bulan akan mengganggu kemampuan tubuh bayi dalam menyerap kandungan nutrisi ASI yang akan berdampak pada pertumbuhan bayi.

2. PENGARUH PEMBERIAN AIR PUTIH PADA BAYI DI BAWAH 6 BULAN
Salah satu alasan tidak diperbolehkan pemberian air putih pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah sistem tubuh bayi yang belum matang, hingga kekebalan tubuh dikhawatirkan belum dapat menerima asupan yang terlalu banyak termasuk air putih. Faktor yang dikhawatiran adalah air putih yang tidak higienis sehingga terjadi paparan bakteri dan bahan mineral. Salah satu bahan mineral, seperti fluroide harus akan mengganggu perkembangan bayi anda. Kemudian selanjutnya adalah organ ginjal bayi yang belum sempurna sehingga pemberian air putih pada bayi akan mengakibatkan tubuh bayi mengeluarkan sodium dan air buangan terlalu banyak. Kehilangan sodium yang berlebih akan mempengaruhi aktivitas otak sehingga salah satu gejala awalnya adalah perubahan menta dan mengantuk, pembengkakan, suhu tubuh yang rendah dan juga kejang kejang. Selanjutnya adalah pemberian air putih pada bayi dibawah usia 6 bulan akan mempengaruhi asupan ASI, yang menjadi sumber nutrisi utama. Hal ini dipengaruhi karena perut bayi yang merasa penuh sehingga mengurangi keinginan untuk mengkonsumsi asi.

KESIMPULAN:
Dengan demikian, jangan memberikan air putih pada bayi dibawah umur 6 bulan .Meskipun pada kondisi bayi sedang diare sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan minuman elektrolit sesuai dengan kondisi bayi anda, kehilangan cairan pada bayi cukup dengan memenuhi nutrisi utama bayi anda dengan ASI. Bahkan pemberian air putih pada bayi yang mendapatkan ASI ekskulsif akan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit di dalam tubuhnya sehingga mengganggu penyerapan ASI yang menjadi sumber utama nutrisi bayi di bawah usia 6 bulan. Apabila cuaca panas sebaiknya ibu menambah frekuensi menyusui sehingga bayi tidak mengalami kehausan. Berikan air putih pada saat bayi berumur 6 bulan setelahmendapatkan MPASI untuk mencegah konstipasi (sembelit)
Semoga bermanfaat